11 Maret 2011

KETIKA KARUNIA-KARUNIA ALLAH TIDAK LAGI DIMINATI

Mengamati perkembangan umat Kristiani berikut dengan kegiatannya yang dibungkus dalam pemahaman persekutuan ibadah formal di gedung-gedung gereja maupun yang nonformal di rumahan, tempat-tempat pertemuan dan di banyak tempat juga dengan berbagai media dan sarana yang diusahakan semisal studio TV dan radio, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan secara kuantitas tidaklah terlalu signifikan jika diukur dari pengertian umat non kristiani menjadi umat Kristiani. Sejauh pengamatan sederhana, pertumbuhan anggota jemaat di satu gereja atau denominasi lebih disebabkan perpindahan dari jemaat disatu gereja ke gereja atau denominasi lainnya. Kemudian dari jemaat Kristiani yang beranak pinak, anggota-anggota keluarga semisal dari ponakan, paman dan bibi, mertua-menantu dan kerabat-kerabat dekatnya.Hal ini jelas tidak dapat dikategorikan sebagai pertumbuhan secara kuantitas karena satu-satunya ukuran pertumbuhan kuantitas adalah dari non Kristiani menjadi umat Kristiani.

Lalu dari sudut kegiatan peribadahannya juga tidak ada pertumbuhan signifikan yang proporsional kecuali warna baru dari cara-cara peribadahannya. Kalau dulu hanya dikenal ada tiga denominasi gereja yang dominant yaitu Khatolik, Protestan dan pentakosta dengan peribadahan yang menggunakan liturgy, maka dewasa ini menjamur peribadahan yang keluar dari kontek peribadahan yang menggunakan liturgy dan bebas dalam melakukan ritual ibadahnya dengan pemahaman sepenuhnya dipimpin oleh Roh Kudus yang beracara. Lalu menjadi menarik apakah betul Kristiani bertumbuh dan berkembang secara menakjubkan atau membanggakan sehingga berani menggunakan slogan;lebih dari pemenang.bejana kemuliaan, berkat surgawi, madu surgawi dan sejuta slogan yang bombastis seakan dunia yang kita tinggali ini masyarakatnya sudah hidup dekat dan bergaul dengan ALLAH yang mahakuasa dan mulia itu? Boleh jadi jika kita telusuri maka kenyataan sebaliknya yang kita dapati.

Fenomena-fenomena yang dirasakan sebagai pertumbuhan dan perkembangan keKristenan berawal…lebih kepada factor kejenuhan dan kehampaan dalam mengikuti ritual ibadah yang ada ( berliturgi ), Maka agar suasana ibadah lebih bersemangat dan lebih berisi, sadar atau tidak maka dikreasikan dengan pertama-tama adalah tepuktangan, interaktif umat dengan hamba Tuhan, dan kemudian Kharisma seorang hamba Tuhan yang mampu mempesona kalau tidak ingin dikatakan menghipnotis jemaat dengan olah vocalnya, dengan ekspresi perasaannya dan terutama keadaan emosi dan factor kebugaran fisik jemaatnya membuat peribadahan terkesan bersemangat dan lebih berisi. Sampai disini pokok permasalahannya belum menyentuh pada hal terpenting apakah jemaat mengerti dan betul-betul memahami apa yang ingin disampaikan Firman Tuhan dan sejauh mana Firman Tuhan betul-betul menjadi bagian dari kehidupan jemaat itu sendiri, atau Firman Tuhan dan keKristenan hanya sebatas solusi atas permasalahan yang sedang dihadapi jemaatnya semisal; kalau saya sakit, ouw… di gereja anu ada ibadah penyembuhan. Agar saya sembuh saya ikut saja ibadah di gereja itu. Hebatnya pada waktu didoakan saya sembuh dari sakitnya. Wah…luar biasa.

Disisi lain, tidak jelas apakah semua jemaat dengan permasalahannya baik sakit penyakit, musibah yang dihadapi, keuangan dan apapun juga masalah yang dihadapi mendapat jawaban doa yang pasti, atau hanya satu dua jemaat yang doanya dijawab. Hal ini tidak pernnah terexpose karena yang terexpose hanya mereka yang mengalami mujizat. Itu yang pasti. Pertanyaannya adalah apakah satu dua orang yang mengalami mujizat, lalu bisa diklaim sebagai dogma tentang keyakinan iman percaya yang harus diexplorasi dan diexploitir habis-habisan, sehingga ritual ibadah tanpa hal-hal mujizat malah dianggap tidak rohani dan tidak menarik.Apa jadinya jika karunia-karunia Allah tidak lagi sering terjadi dan bahkan tidak lagi menarik bagi sebagian umat/kjemaat yang pada akhirnya juga merasa jenuh dengan kegiatan ritual ibadah seperti itu?

Dewasa ini telah berkembang dalam ritual-ritual ibadah dengan penekanan pada alam Roh,.Beberapa hamba Tuhan yang merasa dikaruniai talenta pelayanan di alam Roh, membahasnya secara demonstrative, dimulai dari melihat adakah kuasa-kuasa kegelapan yang mempengaruhi seseorang, sekelompok orang dan satu tempat atau suatu wilayah sehingga harus disucikan dan dikuduskan bagi ALLAH dan dari sana siapapun juga orang yang mendapat pemulihan boleh merasakan kasih karunia ALLAH dan berkat-berkat jasmani-rohani yang berkelimpahan. Kita tidak tahu seperti itukah iman percaya seseorang bahkan umat Kristiani harus dipahami atau justru sebaliknya bahwa pemahaman seperti ini tidak jauh berbeda dengan praktek perdukunan dan fengshui. Yang pasti umat Kristiani dalam kesadarannya yang hidup dialam nyata, tidak sepenuhnya harus terjebak dialam Roh yang sulit dipahami dan dimengeti apalagi tidak semua dan tidak harus umat Kristiani mengalami dan memiliki talenta melayani dan terlayani dialam Roh seperti apa yang mereka ajarkan.

Sebenarnya agak mencengangkan mereka yang merasa diberi karunia atau talenta khusus ini lalu membuat statement satu tubuh Yesus dengan banyak anggota tubuh. Sudah pasti tujuannya agar praktek mereka dalam dunia keKristenan menjadi legitimate dengan statement mereka dan tak perlu dipertentangkan. Herannya dari kelompok ini juga muncul pemahaman baru bahwa kegiatan ritual ibadah yang menggunakan liturgy atau paling tidak ritual-ritual ibadah formal yang sudah diselenggarakan dan diacarakan ribuan tahun hingga kini dengan penataan dan penjadwalan dikategorikan sebagai roh agama yang justru membelenggu peranan Roh Kudus. Seakan umat Kristiani yang sudah ribuan tahun beribadah dengan penataan dan penjadwalan tiba-tiba seperti menjadi orang kafir yang harus ditobatkan kembali hanya dengan pemahaman dan keyakinan mereka bahwa ritual ibadah seperti itu salah dan tidak rohani.

Bagi umat Kristiani yang menjadi bingung dengan menjamurnya persekutuan ibadah umat Kristiani dewasa ini, patutlah merenungkan beberapa hal sebagai berikut;

Siapakah yang menebar benih perpecahan dengan menyatakan baptisan percik tidak sah dan harus dibaptis ulang?

Siapakah yang membuat pernyataan bahwa ritual ibadah tanpa pencurahan Roh kudus dan berbahasa Roh tidak rohani?

Siapakah yang memastikan bahwa setiap doa yang dipanjatkan apapun juga isi permohonan kita pasti dijawab?

Siapakah yang menebar pesona dengan memastikan bahwa mujizat pasti terjadi?

Kalau saja Alkitab sungguh menjadi acuan bagi kehidupan umat manusia terutama mereka yang mengaku percaya kepada ALLAH dalam YESUS sebagai TUHAN dan juruselamat, maka Kej 1 : 28 mengajar kita bagaimana kita seharusnya menaklukkan dunia dan berkuasa atasnya. Bukankah untuk semua itu ALLAH dalam YESUS telah menyerahkan nyawaNya sehingga tak ada alasan untuk memohon dan meminta kepadaNya karena nyawaNya sekalipun sudah DIA serahksn bagi kita. Permohonan dan permintaan kita dalam doa lebih sebagai meterai atas apa yang dituliskan dalam kej 1 : 28. Kemudian yang mendasari kita dalam melakukan kej 1 : 28 adalah dalam kerangka hukum kasih yang terdapat dalam Mat 22 : 37-40. Kasihilah TUHAN ALLAHmu dengan segenap hatimu, lalu dengan segenap jiwamu dan yang tidak kalah pentingnya adalah dengan segenap akalbudimu.Maksudnya suka tidak suka hidup ini tidak semata-mata bicara soal alam rohani dan jiwa tetapi juga seluruh existensi dan potensi kita sebagai manusia harus diutamakan dalam kerangka mengasihi ALLAH. Wujud mengasihi ALLAH terangkum dalam kasihilah sesamamu manusia. Nah padana dari hukum kasih ini adalah mat 7 ; 15 – 21.

Kemudian sebagai umat Kristiani yang aktif kita tidak selesai dalam hukum kasih saja melainkan ada amanat agung yang harus kita emban. Semuanya menjadi mata rantai yang tidak berdiri sendiri tetapi menjadi satu kesatuan yang harus diexplorasi dan diexploitasi terus menerus sampai seluruh isi Alkitab sudah digenapi dan Dia datang untuk kedua kalinya untuk menjemput kita dan diangkat ke Sorga mulia.

Jadi janganlah mudah terombang-ambing oleh berbagai pengajaran apalagi pengajaran yang mengutamakan pada karunia dan mujizat semata dan terlebih pengajaran yang memecahbelah. Semua itu hanya memberi kebahagiaan sesaat didunia dan seakan ALLAH beserta kita padahal Iman percaya kita hanya TUHAN yang berhak menilainya.

Kiranya kasih karunia dari ALLAH Bapa dan persekutuan dengan YESUS dan pertolongan dari Roh Kudus menyertai kita sekalian. Amin.

Bogor 25 Oktober 2009

Hardo Jayadi Setiawan

Callsign;Anwari,musa,klana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ada saran, komentar, pertanyaan, atau kritikan, silahkan Anda ketik di kolom komentar. Terima kasih atas kunjungan Anda ke web blog saya.