11 Maret 2011

Dalam kepastian ada ketidak-pastian

Berapa banyak doa yang harus menantikan jawaban Tuhan? Berapa banyak Firman Tuhan yang menanti penggenapanNya? Berapa banyak umat Kristiani yang harus menanti pencerahan dan pencerdasan dalam iman percaya dan pengharapannya kepada Tuhan? Setiap kali Firman Tuhan disampaikan, hal doa senantiasa dipastikan ada jawaban dari Tuhan. Setiap Firman Tuhan pasti digenapi dan setiap orang yang beriman dalam pengharapan kepada Tuhan pasti dicerahkan dan dicerdaskan. Ada doa yang dijawab seketika tapi ada juga doa yang sampai pendoanya meninggal dunia doa itu hanya tinggal doa. Banyak Firman Tuhan sudah digenapi tapi masih banyak pula yang menjadi penantian. Demikian juga setiap orang yang beriman dan berpengharapan kepada Tuhan, Ada yang seketika mendapat pencerahan dan pencerdasan tapi berapa banyak yang tinggal dalam keprihatinan dan kebodohan.

Prolog di atas adalah gambaran yang seharusnya mendapat perhatian dari mereka yang mengaku hamba Tuhan, Penginjil dan Pengkhotbah bahwa “Dalam kepastian ada ketidak-pastian” karena apa yang pasti adalah hak dan otoritas Tuhan semata yang tak dapat diintervensi oleh apa dan siapapun juga. Dan ketidak-pastian itu adalah bagian dari manusia. Tak ada yang salah dengan orang yang berdoa, baik doa ucapan syukur, permohonan maupun berbagai – bagai doa yang dipanjatkan karena doa sudah menjadi nafas hidup bagi orang percaya. Dalam Alkitab tentang doa hanya diajarkan doa Bapa kami. Selebihnya adalah konsekwensi hubungan timbal balik antara manusia dengan Tuhan. Sekiranya Aku didalam kamu dan kamu didalam Aku, mintalah… Hal ini harus dipahami sebagai interaktif dalam semua sisi kehidupan dan tidak dalam pengertian doa permohonan. Contoh sederhana sebagai ilustrasinya. Adalah seorang tuan yang ingin mendirikan rumah. Dia memanggil tukang bangunan untuk mewujudkan keinginannya sambil menyediakan atau membeli bahan bangunan yang diperlukan. Sesudah disepakati tukang bangunan itu mulai mengerjakannya. Disana sini masih ada kekurangan seperti paku atau semen yang habis misalnya. Bukankah tukang bangunan itu akan meminta kepada tuan yang empunya rumah agar disediakan atau dibelikan paku dan semen yang sudah habis itu. Dan pastilah tuan yang empunya rumah itu membelikannya. Tapi apakah tuan rumah itu akan menyediakan atau membelikan sekiranya tukang bangunan itu minta mobil atau pesawat terbang? Tuan yang empunya rumah itu tidak akan dan tidak pernah mengabulkan permintaan tukang bangunan itu bukan? Doa adalah bagian dari manusia tetapi pengabulannya adalah bagian atau hak Tuhan. Jadi yang harus disadari adalah diluar rencana dan kehendak Tuhan jangan berharap doa akan dikabulkan Dalam Alkitab ada juga perikop tentang pengabulan doa. Dimulai dengan kata mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu.Apakah perikop pengabulan doa ini hanya sekian saja. Kalau kita lanjutkan ayat-ayat dalam perikop ini sebagaimana telah dijelaskan tadi, merupakan interaktif dalam perspektif kehendak Allah. Dikatakan minta roti tidak mungkin diberi batu, berarti kalau kita minta roti pastilah karena kita lapar dan roti yang kita minta itu untuk dimakan sebagai hal-hal alami yang harus dipenuhi baik dalam kehendak Tuhan maupun sebagai keinginan daging. Dalam hal roti yang kita mintapun sebenarnya kita harus mencari kemudian pengertian tentang ketuklah lebih dimaksudkan bertanya, disana barulah akan dijelaskan ( dibukakan ). Kalau perikop ini mau dan hanya diartikan secara letter lux, hampir dapat dipastikan orang yang mengartikannya manja dan kekanak-kanakan. Karena hanya yang manja dan kekanak-kanakan yang permintaannya harus selalu dipenuhi. Berapa banyak hamba Tuhan, Penginjil dan Pengkhotbah yang sampai hari ini masih mengajarkan bahwa setiap doa pasti dikabulkan, apapun permohonannya. Kalau belum dikabulkan pastilah ada dosa yang menghambatnya. Lalu dicari ayat-ayat pendukungnya. Apakah seperti itu firman Tuhan tentang doa harus diartikan? Buat saya pemahaman seperti itu bukan saja pelecehan terhadap Firman Tuhan tapi bahkan sudah memperkosanya. Dengan alasan apapun kita berdoa haruslah didasari pada kehendak Tuhan dan bukan kehendak kita. Pernahkah kita bertanya sekiranya kita sakit? Apa rencana dan kehendak Tuhan atas kita? Bukankah hal itu yang menimpa atas Ayub? Tidakkah kita belajar dari pengalaman Ayub. Pernahkah kita bertanya kenapa kita miskin? Adakah kemiskinan itu rencana dan kehendak Tuhan atas kita? Atau sudahkah kita berusaha agar hidup kaya dan sejahtera sementara kita bedoa memohon pertolonganNya? Percaya dan berharap kepada Tuhan adalah bagian dari kehidupan umat Kristiani, Namun seringkali hidup kita tidak dalam cakrawala kasih dan kehendak Tuhan. Kita lebih suka hidup bedasarkan apa yang kita inginkan. Itu sebabnya kita menolak sakit penyakit, kemiskinan dan berbagai penderitaan karena ulah kita sendiri. Pernahkah kita memahami apa yang Tuhan kehendaki dalam kita menjalani kehidupan ini? Baik dalam suka maupun duka. Baik dalam kelimpahan maupun kekurangan, baik dalam kesesakan maupun dalam kelegaan. Janganlah kita memaksakan apa yang Yesus perbuat pada masa hidupNya dalam tiga tahun pelayananNya harus terjadi setiap waktu hingga saat ini seperti yang kita inginkan. Kalau kita sadari dan pahami bahwa sesungguhnya Allah telah memberikan kuasa pada kita atas semua persoalan yang kita hadapi, maka seharusnya kita mampu mengatasi pesoalan kita. Jadilah dokter untuk kesehatan kita sendiri. Jadilah banker untuk keuangan dan investasi harta kita. Jadilah sosiolog untuk kesejahteraan hidup kita. Lalu pandanglah Allah dalam penyembahan dan ucapan syukur karena Dialah yang menganugerahkan semua kemampuan kita dan mengizinkan hal yang baik dan buruk kita alami. Bukankah apa yang kita alami adalah agar nama Tuhan dimuliakan? Barangkali kita salah menempatkan diri sebagai hamba dihadapan Allah sehingga segala sesuatu harus terjadi seturut kehendak Allah. Tapi tak ada alasan bagi Tuhan untuk menuruti kehendak kita sekalipun kita adalah rekan sekerja Allah bahkan sebagai anak Allah sekalipun. Dua ribuan tahun sudah Firman Tuhan diberitakan dan diaktualisasikan, tapi mengapa umat Kristiani masih manja dan kekanak-kanakkan dengan berharap pada hal-hal yang luar biasa, mujizat dan keajaiban Jadikanlah segala sesuatu sebagai kepastian dengan kuasa yang Tuhan sudah anugerahkan kepada umatNya dan biarlah ketidak-pastian hanya jadi bagian dari mereka yang malas dan bodoh. Kiranya Tuhan memberkati kita sekalian dalam anugerah kasih karuniaNya. AMin

Pucung Bantul 5 April 2009

Hardo J Setiawan

Call Sign : Anwari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ada saran, komentar, pertanyaan, atau kritikan, silahkan Anda ketik di kolom komentar. Terima kasih atas kunjungan Anda ke web blog saya.