11 Maret 2011

YUNUS

Adakah para nabi mengalami pengalaman luar biasa seperti yang dialami Yunus yang harus tinggal dalam perut ikan paus selama tiga hari? Banyak Theolog yang menafsirkan pengalaman Yunus hidup dalam perut ikan paus selama tiga hari adalah gambaran akan kematian Yesus dan dikuburkan tiga hari di perut bumi kemudian bangkit dari kematian. Tapi secara keseluruhan cerita Yunus ini tidak identik dengan perjalanan hidup Yesus, bahkan terkesan bertolak belakang. Yunus hidup dalam perut ikan paus karena melarikan diri, sedangkan Yesus mati dan dikuburkan justru karena tanggungjawabNya dalam mengemban kehendak Bapa di Sorga. Lalu sebenarnya apa yang harus dipahami dari kisah Yunus ini? Jika kita mau memahami Alkitab dalam terang kasih Tuhan, maka sesungguhnya isi Alkitab ditulis secara terbuka dan tidak menutupi baik buruknya suatu peristiwa. Semua peristiwa dalam Alkitab ditulis secara gamblang dan berpulang kepada pembacanya ( secara individu/pribadi )dalam memahaminya. Sedangkan sebagai wacana pemberitaan Injil maupun Firman Tuhan tidaklah semudah pribadi-pribadi memahaminya. Memaksakan pemahaman pribadi ke ranah public, tentunya tidak dalam pengertian dogmatis dan sebaiknya sebatas menambah wawasan pemahaman saja.

Kisah tentang Yunus sesungguhnya ingin menjelaskan bagaimana orang dengan label Nabi sekalipun bisa melarikan diri dari tanggungjawabnya dalam menjawab panggilan Allah. Perintah Allah kepada Yunus adalah pergi ke kota Niniwe untuk memberitakan pertobatan karena penduduk dan masyarakat di kota itu sudah terbiasa dengan prilaku sex menyimpang. yang dimata Allah merupakan kejahatan. Namun Yunus justru berlayar ke Tarsis hanya karena dia dengar juga bahwa masyarakat Tarsis tidak hanya berprilaku sex menyimpang tapi kejam dan bengis terhadap orang yang tidak disukai bahkan bisa berlaku anarkis. Kisah Yunus kalau boleh jadi perbandingan; bagaimana dengan hamba Tuhan dewasa ini? Pilihan Allah telah jatuh kepada Yunus, maka ketika Yunus melarikan diri ke Tarsis Allah mendatangkan angin topan dalam pelayaran Yunus itu sehingga kapal terombang-ambing . yang membuat semua awak kapal dan penumpangnya kalang kabut. Ada yang berusaha menyelamatkan kapal yang akan tenggelam,ada juga yang berdoa memohonkan pertolongannya. Herannya Yunus malah bisa tidur nyenyak. Lagi-lagi Yunus tidur nyenyak ini menjadi gambaran dari seorang nabi yang bisa tidak peduli atau katakanlah lepas tangan atas prilakunya yang mendatangkan malapetaka. Lalu Yunus dibangunkan dan diminta pendapatnya bagaimana menghadapi situasi kacau yang bisa menyebabkan kapal tenggelam ini. Yunus sadar jika dia adalah pangkal persoalan yang membuat situasi meminta tanggungjawabnya. Dalam kesadaran yang sudah terlambat dan mungkin pasrah melihat situasi gawat yang dihadapi maka Yunus minta agar dia dilempar kelaut. Setelah berunding maka disepakati Yunus dilempar kelaut.Pilihan Allah jatuh kepada Yunus, maka dikirimlah seekor ikan paus dan menelan Yunus bulat-bulat. Kisah ikan paus sebesar apakah yang mampu menelan Yunus bulat-bulat dan bagaimana Yunus bisa bertahan hidup tiga hari di perut ikan paus menjadi menarik dan berbau science fiction yang menjadi konsumsi anak-anak SD tentunya jika dijadikan film cartoon animasi. Dalam perut ikan paus itu Yunus menyesal dan bertobat. Pilihan Allah telah jatuh kepada Yunus, maka Allah menggiring ikan Paus itu ketepi pantai dan memuntahkan Yunus. Perintah Allah kepada Yunus masih berlaku dan Yunus harus bersiap-siap untuk ke Niniwe. Kali ini Yunus mantap untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya. Lalu di Niniwe Yunus dengan lantang dan berani menghadapi resiko apapun memberitakan agar masyarakat dan penduduk Niniwe bertobat. Herannya penduduk dan masyarakat Niniwe bagus responsnya dan ramai-ramai bertobat bahkan dengan doa-puasa segala. Apakah Niniwe yang bertobat menyenangkan hati Yunus? Lagi-lagi kita lihat ulah seorang nabi yang justru lebih suka melihat murka Allah turun dan terjadi di kota Niniwe. Dengan kuasaNya Allah membuat pohon ara dimana Yunus sedang berteduh dari terik matahari, layu seketika. Bukannya Yunus menyadari akan warning dari Allah, malah bersungut-sungut kepada Allah. Lalu Allah menasehati Yunus kalau pohon yang tidak kamu tanam dan tidak kamu tumbuhkan kamu sayangi terlebih lagi Allah menyayangi masyarakat Niniwe yang mau bertobat.

Cerita tentang Yunus sungguh tak ada hubungannya dengan prilaku jemaat, umat maupun kelompok-kelompok masyarakat. Dari alur ceritanya sangat jelas bagaimana Yunus harus dipahami sebagai symbol para hamba Tuhan dengan panggilan layanannya. Apakah para hamba Tuhan ini memahami arti panggilan Allah, bagaimana mengimplementasikan panggilan layanan itu dan bagaimana konsekwensinya baik sebagai manusia maupun sebagai hamba Tuhan. Inilah yang kurang dipahami bahkan salah dipahami sehingga dalam pemberitaan Injil maupun Firman Tuhan, selalu saja jemaat, umat maupun kelompok masyarakat yang dikorbankan sebagai orang-orang berdosa, orang-orang yang diperhadapkan pada kesalahan dan hukuman. Jika kisah Yunus ini bisa jadi perbandingan bagi para hamba Tuhan yang sekarang ini bahkan berani menyatakan diri sebagai Nabi dan jabatan-jabatan lainnya dalam Alkitab, kemana jemaat, umat dan kelompok masyarakat ini digiring dan digembalakan? Beberapa jemaat di suatu kota begitu jengkel melihat hamba Tuhannya tampil perlente dengan jam tangan rolex dan baby benz keluaran tahun terakhir mondar-mandir, wara-wiri baik ditengah umatnya maupun antar wilayah sementara jemaatnya hidup kere dan kemana-mana lebih banyak menggunakan ojeg atau angkutan umum. Bagaimana gedung gereja dibuat mewah dan megah. Banyak ritual ibadah diselenggarakan disembarang tempat di pusat-pusat keramaian? Yang paling menyakitkan jemaat selalu dijejali dengan wacana mujizat, karunia dan doa yang sudah mirip jampi-jampi. Kalau mujizat terjadi yah fenomenalah. Tapi kalau tidak terjadi mujizat, yah bertekunlah dalam doa hingga mujizat terjadi.

Yunus adalah hamba Tuhan. Bagaimana Yunus dipahami bergantung kepada para hamba Tuhan baik yang dipanggil maupun yang terpanggil. Dari sanalah kualitas umat dapat dilihat dibentuk dan dirasakan. Demikianlah sebaiknya Firman Tuhan dipahami.

Pucung, Bantul 9 Agustus 2009.

Musa,Anwari dan Klana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ada saran, komentar, pertanyaan, atau kritikan, silahkan Anda ketik di kolom komentar. Terima kasih atas kunjungan Anda ke web blog saya.