11 Maret 2011

Kasihilah sesamamu manusia

Siapa sih Mario Teguh motivator yang menjadi nara sumber dalam acara talkshow Golden way di Metro TV setiap minggu jam 19.00 malam? Saya sempat terheran-heran mengikuti dan menyimak acaranya yang bertajuk Super friendship. Bagaimana Tidak, ketika seorang peserta/penonton bertanya tentang bagaimana mengasihi Tuhan,jawaban yang terlontar adalah “wujud dari mengasihi Tuhan itu adalah dengan mengasihi sesamamu manusia”. Kalau saja jawaban ini berkumandang ditengah peribadahan umat Kristiani mungkin saya tidak perlu terheran-heran karena jawaban ini merupakan hukum yang sama merunut kepada hukum yang terutama yaitu Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akalbudimu. Keheranan saya karena jawaban yang terlontar terjadi ditengah acara umum dengan pendengar yang beragam latar belakang iman percayanya dan justru mendapat applause luar biasa. Memang applause meriah belum tentu menjelaskan pengertian dan pemahaman yang pasti dari pendengarnya, tetapi setidaknya bagi saya sangat menakjubkan.

Seorang hamba Tuhan dalam kedudukan sebagai ketua PGI pernah ditanya menteri agama pada waktu itu bapak Mukti Ali “ apakah betul seseorang tidak dapat masuk sorga tanpa Yesus?”. Pertanyaan ini terlontar saat acara perayaan natal dimana ketua PGI mendampingi menteri agama yang diundangnya. Sekalipun terkesan sederhana dan enteng jawaban dari hamba Tuhan adalah:”menurut kami yang kami yakini memang demikian pak Menteri”. Saya bayangkan kalau saya atau siapapun juga umat Kristiani awam diperhadapkan pada situasi yang sama dengan hamba Tuhan ketua PGI itu,kira-kira apakah sama jawaban yang saya berikan. Barangkali iman saya akan terguncang dengan wajah pucat-pasi dan rasa ketakutan yang luarbiasa, karena mungkin jawaban saya bisa menghantar saya kemeja pengadilan dan bahkan mungkin mengirim saya ke penginapan prodeo alias penjara. Hebatnya pak Menteri manggut-manggut mendengar jawaban dari hamba Tuhan ketua PGI itu.

Saya sendiri pernah mendapat pertanyaan dari seorang pelayan warung makan langganan saya yang mirip-mirip dengan pertanyaan pak Menteri; “Apakah hanya orang Kristen yang bisa masuk sorga.pak?”. Jujur saja saya sempat terpana mendapat pertanyaan ini, karena selama ini sebagai langganan diwarung makan itu saya memang terbiasa bercanda dan bergaul tanpa risih dengan para pelayan maupun keluarga pemilik warung makan itu sehingga mereka juga tahu kalau saya taat beribadah dengan ke gereja setiap minggu. Saya tidak tahu apakah atas pimpinan Roh Kudus saya berpikir keras berusaha menjawab pertanyaan itu sebagai berikut;”Setiap umat beragama pastilah beriman sesuai ajarannya, jadi sejauh iman yang saya yakini memang demikian. Bukankah demikian juga iman yang kamu yakini? Kami masuk dalam pengertian yang sama sekalipun dengan latar belakang iman percaya yang berbeda. Ada ketenangan dan kedamaian saat jawaban saya tidak jadi kontroversi dan mampu mencairkan suasana yang tadi bagiku terasa menegangkan. Beberapa waktu kemudian dihari minggu justru pemilik warung yang sudah menjadi Haji itu malah mengingatkan saya untuk pergi ke gereja ketimbang ngobrol dan makan diwarungnya. Lagi-lagi saya terpana bagaimana perbedaan iman tidak harus membuat umatnya tersekat dalam kesehariannya justru saling mengingatkan dan mendukung. Pengalaman yang luar biasa.

Suatu ketika rutinitas membaca Firman Tuhan membuat jantung saya berdegup-degup keras sambil menahan emosi dan luapan haru yang luarbiasa. Butir-butir air mata tak tertahankan menitik dipipi saat sampai pada bagian bacaan dengan perikop Yesus dihadapan pilatus. Merenungkan awal mula penyebab Yesus diperhadapkan pada Pilatus adalah ulah seorang Yudas Iskariot murid yang dipercayakan sebagai bendahara yang berharap suatu ketika Yesus memproklamirkan diri sebagai raja pastilah jabatan menteri keuangan atau sekarang lebih dikenal sebagai menteri ekonomi menjadi bagiannya. Alih-alih kerajaan sorga itu akan berwujud malah kenyataannya Yesus makin slowdown dan coolingdown. Karuan saja Yudas Iskariot yang sudah tidak sabar, berikhtiar dan akhirnya menjual Yesus dengan tigapuluh keping perak. Yang membuat jantung berdegup justru karena sampai pada pengertian bahwa Yudas Iskariot adalah murid Yesus sendiri tidak hanya dekat dengan Yesus dalam kesehariannya tetapi juga tahu dan kenal betul siapa Yesus gurunya itu. Seberapa banyak hamba Tuhan dewasa ini yang merasa dekat dan kenal betul siapa Yesus sehingga baik atas Firman Tuhan yang direnungkannya maupun atas inisiatifnya sendiri ingin menghadirkan kerajaan Sorga dibumi ini. Sesungguhnya baik sekali ingin menghadirkan kerajaan Sorga dibumi ini, jika mampu menggunakan otoritas yang sudah Tuhan anugerahkan, tetapi alih-alih untuk menggunakan otoritas yang dianugerahkan, para hamba Tuhan ini justru melecehkan dan memperkosanya hanya untuk kepentingannya sendiri dengan label pelayanan dan pekabaran Injil. Bukankah dengan label ini mereka mencari simpati dan kerelaan donator untuk sekedar mengucurkan rupiah rupiah atau dollarnya mendirikan komsel maupun tempat-tempat persekutuan ( karena tidak layak dikategorikan gereja/rumah ibadah). Jantung ini berdegup karena harus cooling down atau bersuara keras. Sampailah bacaan itu pada situasi YESUS dipertanyakan;” Apakah Engkau raja orang Yahudi?” Lagi-lagi pertanyaan pelayan warung makan, pertanyaan menteri Agama dan terutama keberanian seorang Mario Teguh berkecamuk menekan emosi dan rasa haru yang tak tertahankan hingga butir-butir airmata menetes pada kedua pipi ini. Saya dan anda, siapapun juga yang mengaku sebagai hamba Tuhan, rekan sekerja Allah apakah kita memuliakan Tuhan dan sungguh bekerja melayani Allah dan umatNya atau sebaliknya kita memperhadapkan Allah kita pada pertanyaan Engkaukah raja orang Yahudi? Hati ini ingin rasanya menutup Alkitab terbuka dihadapan saya dan berlari ketepian jurang dan terjun bebas disana sekadar ingin mengakui kedegilan dan keangkuhan egoisme. Merasa dekat dengan Tuhan, tahu dan kenal Tuhan padahal pelecehan dan penistaan yang kita lakukan. Ampuni kami ya Tuhan. Beri kami kesempatan untuk mencerdaskan dan mencerahkan umatMu. Membawa damai sejahtera dan sukacita agar sungguh namaMu dimuliakan Agar kami tidak sekedar memuji dan memuliakan namaMu sebatas ucapan dibibir, tetapi penyembahan dan bakti kami padaMu dalam wujud mengasihi sesama. Itulah Hukum kasih.

Pucung, Bantul 6 Juni 2009

Hardo J setiawan

Callsign: Anwari/Klana/Musa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ada saran, komentar, pertanyaan, atau kritikan, silahkan Anda ketik di kolom komentar. Terima kasih atas kunjungan Anda ke web blog saya.