11 Maret 2011

Cengeng dan kekanak – kanakan

Dewasa ini aktifitas dan pertumbuhan gereja dan persekutuannya terasa dan terkesan sumringah dan ramai karena disadari atau tidak, menjamur dan merebak hingga ke pusat – pusat perbelanjaan, belum lagi yang diselenggarakan di Hotel – hotel, di restoran – restoran, di perumahan – perumahan hingga ke tempat – tempat terbuka dan gelanggang olah raga. Hebatnya para orator ( hamba Tuhan ), perangkat pendukung dalam artian song leader, singer, MCnya dan alat – alat musiknya atau kerinduan untuk beribadah yang kuat sehingga tidak cukup lagi hanya sekedar beribadah di gedung gereja yang ada atau gejala apakah dari aktifitas dan pertumbuhan gereja maupun persekutuannya? Alih alih untuk meningkatkan kualitas kerohanian, nampaknya justru kegilaan dan kekacauan yang ditimbulkannya. Lihat saja kita tak bisa lagi membedakan mana gereja dan mana pusat kegiatan sekuler, apakah itu resto, hotel atau mall dan GOR. Satu kata saja untuk kenyataan ini, kalau tidak “gila” ya “kacau”. Tidak percaya? Masuklah dan ikuti ritual ibadahnya. Dimulai dengan doa yang etis dengan tata bahasa yang baik bercampur dengan teriakan - teriakan yang mereka klaim sebagai berbahasa Roh. Demikian juga masuk dalam sesi puji – pujian yang dilantunkan bercampur dengan hingar binger perangkat musik electrik tepuk tangan dan MC yang berteriak teriak menyemangati dan menambah kebisingan suasana ibadah. Lanjut pada sesi pemberitaan Firman Tuhan. Hampir dapat dipastikan dari kitab, pasal dan ayat manapun Firman Tuhan dikutip pastilah bermuara pada pengalaman berbagai bagai karunia terutama mujizat – mujizat. Lengkaplah sudah jika ritual ibadah itu diakhiri dengan pencurahan Roh Kudus, Urapan dan berbagai demonstrasi mujizat entah itu penyembuhan sakit penyakit pengusiran roh jahat dan berbagai problem kehidupan jemaat yang menghadiri ritual ibadah ini.

Sekiranya kita masih penasaran dan mau tahu lebih banyak tentang aktifitas ini, maka kita akan makin terkejut, Dimulai dengan Existensi dan legalitas keberadaan aktifitas dan pertumbuhannya. Bagaimana organisasi dan kepengurusannya menambah panjang kekacauan dari aktifitas dan pertumbuhannya. Keanggotaan menjadi tidak penting lagi, karena anda boleh datang mengikuti aktifitas ini, atau anda boleh kemana saja yang anda suka seturut dengan aktifitas dan pertumbuhannya. Tidak ada yang harus dipertanggung jawabkan karena semua bermuara pada hubungan pribadi dengan Tuhannya. Demikianlah sekelumit uraian tentang aktifitas dan pertumbuhan dari mereka yang mengklaim sebagai kegiatan Gerejawi maupun Persekutuan Rohani. Aktifitas dan pertumbuhan ini seharusnya menghantar umat atau jemaatnya pada kualitas atau tingkat kedewasaan yang lebih baik. Hidup menjadi lebih berarti baik untuk diri sendiri, keluarga kelompok dan masyarakat pada umumnya dalam kerukunan dan ketertiban. Saling mengasihi dan menghormati. Dan menyongsong masa depan yang penuh tantangan dengan berharap pada Tuhan sambil menggunakan segenap kemampuan dan pengetahuan yang ada. Mengutamakan yang satu tapi mengabaikan yang lain, sama saja seperti ingin menggambar salib namun semuanya hanya garis vertical saja atau hanya garis horizaontal saja. Hidup harus disiasati dan bukan sekedar pasrah, karena itulah manusia dilahirkan ke bumi, tidak hanya menjalani tapi mengolah dan mengusahakannya agar dari sana manusia mampu mencukupi kebutuhanya sendiri keluarga dan orang lain. Jika Yesus memberi makan lima ribu orang dan berkelebihan sampai dua belas bakul roti, seharusnya itulah yang menjadi tugas kita umat yang mengaku percaya dalam mencukupi kebutuhan makan minimal untuk diri sendiri dan syukurlah kalau bisa untuk mencukupi

banyak orang. Demikian juga Yesus yang menyembuhkan banyak penyakit dalam masa pelayananNya seharusnya menjadi tugas dan tanggungjawab bagi kita yang mengaku percaya dalam menyehatkan diri kita sendiri, keluarga dan masyarakat pada umumnya dengan menguasai dunia kesehatan dan kedokteran misalnya. Dan bukan dengan mendemonstrasikan hal-hal yang bersifat supranatural sekalipun hal itu bukan sesuatu yang salah dan mustahil untuk diaktualisasikan. Hendaklah kita sadar bahwa kepada kita telah diberi kuasa bukan untuk mendemonstrasikan tapi mengaktualisasikan dalam kehidupan yang nyata dan real. Yang harus bisa dipertanggungjawabkan dan bisa kita wariskan kepada siapapun sebagai ilmu pengetahuan. Kesannya menjadi aneh jika kita hanya sekedar percaya dan berharap saja. Bahkan keadaan seperti itu hanya menunjukan bahwa umat yang mengaku percaya itu malas dan bodoh sehingga tak ada yang bisa dan mampu dilakukan. Justru dunia mampu membuktikan kebenaran akan isi Alkitab tanpa terbantahkan dan semua itu sangat realistis dan bukan sesuatu yang luar biasa, mujizat dan keajaiban. Mengaku percaya dan berharap hanya kepada Tuhan, pastilah benar dan Alkitabiyah. Bagaimana kita mempertanggung-jawabkan kehidupan yang kita jalani ini dihadapan Tuhan pada waktunya nanti, seandainya kita hanya percaya dan berharap semata. Lalu apakah kehidupan seperti ini yang menjadi idaman umat yang mengaku percaya? Kita memang tidak seharusnya mengejar hal-hal duniawi tetapi seharusnya kita berkuasa atasnya.agar tidak menjadi duri dalam daging yang senantiasa membuat kita berkanjang dalam dosa pikiran. Kita hanya menjadi manusia manusia munafik yang mengharamkan kebendaan namun semua kebendaan itu justru telah merambah dan masuk bahkan sampai kerumah Tuhan. Kemana-mana kita pergi dengan menggunakan fasilitas kebendaan yang kita haramkan. Apapun juga yang kita saksikan, pelajari dan nikmati adalah dari fasilitas kebendaan yang kita haramkan, Tak ada yang salah jika semua itu ada dalam kekuasaan kita dan bukan dalam penyembahan dan pemujaan kita. Janganlah kita menjadi umat yang mengaku percaya kepada Tuhan, bahkan dengan siang malam merenungkan FirmanNya, setiap waktu berdoa dan berpuasa tapi tak ada yang mampu kita lakukan baik bagi diri sendiri apalagi bagi hajat hidup orang banyak. Janganlah jadikan isi Alkitab sebagai sesuatu yang nun jauh disana, yang hanya dapat kita pahami sebatas kerohanian. Percayalah kepada Tuhan dan isi Alkitab justrru saat kita hidup bukan sesudah mati sebagaimana hukum kasih itu, yaitu dengan segenap hati,jiwa dan akalbudi. Tak mungkin kita hanya percaya dengan hati dan jiwa ( kerohanian ) tetapi juga dengan akalbudi ( kesadaran dan intelektualitas ) Kalau Allah begitu mengasihi isi dunia ( manusia ), mengapa manusia tidak mengenal dirinya sendiri yang dikasihiNya? Pada waktunya nanti Dia datang kali kedua tidak lagi sebagai bayi dalam palungan, tidak lagi harus mengungsi dan tidak lagi harus menjalani penyaliban. Karena Dia datang sebagai Raja, sebagai Hakim, sebagai Tuhan yang akan menjemput umatNya yang setia dan melakukan kehendakNya. Mereka yang cengeng dan kekanak-kanakan, akan diusirnya seperti yang tertulis dalam Matius 7 : 15 – 23. Jadi selagi masih ada waktu hendaklah kamu bertumbuh menjadi dewasa dan sadarilah apa yang seharusnya engkau lakukan seturut dengan kehendakNya saja dan bukan apa yang kita kehendaki. Kiranya kasih Tuhan menyertai kita. AMin

Pucung Bantul 5 April 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ada saran, komentar, pertanyaan, atau kritikan, silahkan Anda ketik di kolom komentar. Terima kasih atas kunjungan Anda ke web blog saya.