17 April 2009

Bagaimana ALKITAB harus di-implementasikan

Kepada siapakah pertanyaan ini harus diajukan? Mengapa pertanyaan ini harus diajukan? Dan siapakah yang akan merasakan manfaatnya dengan kupasan tentang pertanyaan ini?

Kalau saja Alkitab boleh dibaca dan diartikan oleh semua orang dengan berbagai latar belakang pengalaman kerohanian maupun berbagai disiplin ilmu pengetahuan, baik laki-laki atau perempuan, tua-muda, besar-kecil dan siapa saja tak terkecuali, pastilah Alkitab akan menjadi buku yang paling controversial apalagi jika hanya dalam bimbingan pakar theolog..

Salah satu denominasi gereja mainstream, jemaatnya malah jarang membaca Alkitab, tetapi toh punya jemaat dan jaringan hirarky structural dan management yang diakui paling baik di dunia. Dikalangan umat Kristiani sendiri gereja mainstream ini tidak menjadi patron dalam ritual ibadah maupun managerialnya.. Mengapa gereja mainstream ini jemaatnya jarang membaca Alkitab? Pastilah ada alasan kuat yang menyebabkannya. Alkitab adalah sebuah buku yang didalamnya berisi cerita-cerita tentang sejarah, sastra dan secara implisit terdapat ilmu pengetahuan dan banyak peristiwa yang butuh penjelasan dan pembuktian sebagai penggenapan. Bagi jemaat awam sudah pasti tidak mudah untuk memahami dan mengartikannya karena tergantung sejauhmana pengetahuan dan intelektual dari pembacanya. Beberapa penjelasan tentang membaca Alkitab selalu dan pastilah harus dipahami dalam sudut pandang Theologi, pimpinan Roh Kudus dan iman percaya dari pembacanya. Diluar itu Alkitab cendrung disalah-artikan dan disalah-tafsirkan. Itulah sebabnya mungkin gereja mainstream ini jemaatnya jarang membaca Alkitab karena setiap kali Alkitab dibacakan sebaiknya juga mampu diterjemahkan dan dimengerti oleh pembacanya. Maka umat dari gereja mainstream ini jarang membaca Alkitab tetapi lebih suka membaca dan mendengar kupasannya justru pada setiap ibadah atau misa yang diadakan beberapa kali dihari Minggu dan satu dua kali dihari biasa..Setiap penyelenggaraan ibadahnya menjadi ramai dihadiri jemaatnya Sementara itu banyak juga gereja-gereja dan persekutuan rohani justru mengimbau agar jemaatnya membaca Alkitab. Kalau perlu dengan merenungkannya siang dan malam. Bahkan apapun yang dilakukan dalam keseharian renungkanlah apa yang Tuhan (Alkitab) kehendaki agar tidak jatuh dalam dosa. Yang terlupakan dari para hamba Tuhan yang menghimbau untuk membaca Alkitab, apakah umatnya mampu mengerti dan mengartikan apa yang dibacanya? Dalam perjalanannya gereja mainstream cendrung bisa menerima perubahan yang terjadi ditengah umatnya maupun banyak hal yang terjadi ditengah masyarakat pada umumnya sebagai masukan dan bahan penelitian kemudian mengadopsi apa yang baik dan menyingkirkan atau menolak hal-hal yang buruk. Sementara gereja-gereja dan persekutuan rohani yang menjamur dewasa ini justru cendrung untuk menolak segala sesuatu diluar pemahaman dan dogma mereka. Keadaan ini memperlihatkan perbedaan yang tajam antara gereja mainstream dan gereja gereja warna-warni yang muncul belakangan ini justru dalam mengembangkan pemahaman Alkitab. Gereja mainstream punya pola pelayanan dan pengembangan yang diatur dan dikendalikan dari Roma termasuk didalam mengimplementasikan Alkitab, sementara gereja warni-warni cendrung memvisualisasikan isi Alkitab, seperti pengalaman bahasa Roh, kuasa-kuasa penyembuhan dan berbagai mujizat lalu penerapan urapan dan pengusiran kuasa-kuasa kegelapan Yang lain gereja warna-warni ini mudah pecah.. Perbedaan orientasi dan implementasi terhadap Alkitab juga memperlihatkan bahwa gereja mainstream lebih mengerucut pada pencerahan atau pencerdasan terhadap jemaat atau umatnya dalam perspektif iman percaya kepada Allah, hakekat manusia dan tujuan yang harus dicapai sementara gereja warna-warni cendrung menghantar jemaat atau umatnya untuk sepenuhnya berpegang pada kasih karunia Allah semata dengan mematikan kedagingan dan menjauhi hal-hal duniawi seakan esok kiamat. Kedatangan Yesus kali kedua seakan membawa pedang yang akan menghukum pancung umatnya yang kedapatan tidur atau mabuk dan jauh dari kekudusan.Kurang dihayatinya Alkitab secara gamblang yang menggambarkan ada suka-duka, ada kaya-miskin, ada kesesakan-kelegaan. Hidup tidak melulu suka kaya dan kelegaan namun Dia janjikan akan menyertai dan memberi kekuatan pada umatNya baik dalam suka maupun duka, baik pada waktu kaya maupun miskin dan pada waktu kesesakan maupun kelegaan. Itulah sebabnya gereja warna-warni mengutamakan mujizat dan berbagai kuasa didemonstrasikan dan divisualisasikan seakan percaya kepada Yesus hanya sukacita semata, hanya kaya semata dan hanya kelegaan semata. Seakan jika umat dalam duka berarti ada dosa atau salah yang belum disucikan, seakan umat dalam kemiskinan adalah terkutuk demikian juga dengan kesesakan. Dua pandangan antara gereja mainstream dan gereja warna-warni memperlihatkan perbedaan yang tajam dan menggambarkan kemana sebenarnya umat atau jemaat ini digembalakan. Kepadang rumput yang hijau atau kepadang belantara yang tandus, kering kerontang sehingga Musa harus memukulkan tongkatnya kebatu agar mengeluarkan air sekedar untuk memuaskan kehausan dan kelaparan sesaat umat gembalaannya.

Setiap orang tak terkecuali boleh saja membaca Alkitab dan tak ada batasan apakah harus dari kacamata Theologi, pimpinan roh Kudus atau iman percaya karena yang terpenting dalam membaca Alkitab adalah apakah pembacanya mendapat pencerahan, pencerdasan, pertobatan dalam implementasinya atau hanya sekedar menjadi badut-badut rohani yang senantiasa menuntut Allah dalam Yesus untuk memuaskan keinginan daging dengan membebaskannya dari sakit-penyakit, dari kemiskinan dan dari kesesakan semata. Bukankah membaca dan menghayati Alkitab mendorong pembacanya untuk mengucap syukur, menyembah dan berharap hanya kepada sang Khalik dengan mengambil peran nyata dalam kehidupan ini dengan bekerja dan memberi makna dari dalamnya. Dunia berkembang pesat dengan ilmu pengetahuan dan tekhnologinya padahal mereka hanya mengutip apa yang terdapat dalam Alkitab. Sementara umat yang menjadikan Alkitab sebagai kitab dan pegangan dalam kehidupannya justru terpaku dan terheran-heran bagaimana semua isi Alkitab itu terjadi kecuali dengan satu keyakinan yaitu iman percaya.Lalu dalam ketidak-mengertiannya justru mendemontrasikan dan memvisualisasikan sebagai bahasa Roh, mujizat dan urapan2. Mana lebih penting; aktualisasi atau visualisasi. Anda dan saya yang harus menjawabnya. Dalam Alkitab hanya dikatakan; satu iotapun tak akan dihapus sebelum isi Alkitab digenapi. Apa yang sudah digenapi dan bagaimana penggenapannya. Apa yang belum digenapi dan sejuahmana peranan manusia yang membacanya. Sesudah semuanya digenapi barulah Yesus akan datang kali kedua dalam kemuliaanNya untuk menjemput umatnya yang melakukan kehendakNya (bukan memvisualisasikannya). Kiranya pembaca mau menjadi bagian penggenapan akan isi Alkitab dan Tuhan bertahta diatasnya. Amin.

Pucung, Bantul 10 April 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika ada saran, komentar, pertanyaan, atau kritikan, silahkan Anda ketik di kolom komentar. Terima kasih atas kunjungan Anda ke web blog saya.